Membangun Kesiapsiagaan Bencana Bersama


Simulasi Tanggap Darurat. Peserta Mengamati Papan Informasi 

Kunci sukses respon tanggap darurat bencana (emergency response) salah satunya terletak pada kerja sama antar pemangku kepentingan (stakeholders) .

Hal inilah rupanya yang mengilhami pelatihan tanggap darurat yang dilaksanakan di Jogjakarta, 14 sampai 19 Mei 2012 lalu atas prakarsa CORDAID, sebuah lembaga non pemerintah asal Belanda.

Pelatihan diikuti oleh sejumlah lembaga non pemerintah yang tersebar di seluruh Indonesia antara lain AMAN, Jaringan INSIST, Bina Swadaya, PERDHAKI, Karitas Indonesia, PSPP, Pusaka Indonesia. Materi diberikan oleh CRS. Uniknya, tidak satu pun lembaga ini menitikberatkan aktifitasnya pada respon kebencanaan. Fokus aktifitas mereka beragam sejak isu kesehatan sampai soal perlindungan masyarakat adat.

Justru di situlah letak kekuatannya. Respon tanggap darurat merupakan sebuah kerja multidimensi. Setidaknya ada empat bidang utama yang harus dipenuhi dalam respon tanggap darurat bencana. Air, sanitasi dan promosi kebersihan. Ketahanan pangan dan gizi. Hunian, permukiman, dan bantuan nonpangan. Layanan kesehatan. Semuanya harus dipenuhi berdasarkan standar minimum bantuan kemanusiaan yang tertuang dalam buku panduan Sphere Project.

Peserta Sedang Berdiskusi
Dari simulasi dua hari yang dilakukan, peserta belajar mengenai semua aspek penting dalam respon tanggap darurat. Koordiasi dari kantor pusat, coordination meeting, membuat perencanaan logistik, sampai menyusun proposal untuk program lanjutan. Selain itu juga dilakukan pemetaan jejaring kerja sama berdasarkan kompetensi yang dimiliki.

0 comments:

Post a Comment