WFC Hasilkan 'Bali promise'


Perhelatan akbar World Culture Forum (WCF) di Bali International Convention Center (BICC), Nusa Dua, Bali, berakhir pada Selasa 26 November 2013, ditandai dengan pembacaan 'Bali Promise', sebelum ditutup secara resmi oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Mohammad Nuh. 

"Bali Promise" dibacakan oleh delegasi internasional Audrey Harare Chihota Charamba dari Zimbabwe, Shireen Mohammad Azis dari Irak dan David Throsby dari Australia. Di antaranya, mereka menyerukan pada para pemerintah untuk berkomitmen agar mengintegrasikan budaya dalam Agenda Pembangunan yang Berkelanjutan pasca-2015.  
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, M Nuh dalam pidato penutupan WCF mengucapkan terima kasihnya kepada para partisipan atas kontribusi mereka mewujudkan inisatif Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

"Seluruh peserta memberi andil dalam mewujudkan World Culture Forum menjadi kenyataan. Forum ini adalah tempat menyatakan masalah keberagaman budaya dunia. Dengan peluncuran Bali Promise, saya berharap tujuan bersama untuk pembangunan yang berkelanjutan global akan tercapai," ujar M Nuh.

Senada dengan M Nuh, Francesco Bandarin yang mewakili UNESCO pun memuji pelaksanaan forum ini. Dalam sambutannya seusai penutupan, bandarin mengemukakan, "Kami sangat bahagia atas kerjasama yg baik di WCF ini, sehingga kita menuai hasil yang baik," kata Bandarin.

Selanjutnya Bandarin menandaskan, setidaknya ada dua hal penting yang diamanahkan oleh forum ini. Pertama, sudah saatnya menempatkan budaya di dalam mainstream dari pembangunan yang berkelanjutan. "Yang kedua, setiap negara harus menempatkan kebudayaan pada politik internasional mereka, sehingga seluruh bangsa menempatkan budaya di dalam mainstream pembangunan yang berkelanjutan," tegas Bandarin.

Sementara, Menteri Pendidikan dan Kebudayssn M Nuh memberikan beberapa catatan. Pertama, bahwa bangsa indonesia tidak boleh minder untuk menciptakan gagasan-gagasan besar yang berdampak dunia. "Kita harus percaya diri, siapapun punya kesempatan untuk menyampaikan gagasan besar. Dengan kesejarahan yang kita punya, maka sudah saatnya gagasan-gagasan besar kita telorkan kembali. Apalagi kalo kita percaya pada siklus 7 abad. Pada abad 7 kita jaya, 14 jaya, 21 ini kita akan jaya lagi,"  terang Nuh.

Yang kedua, lanjut Nuh, bahwa kekuatan dari budaya yang bisa lintas agama, etnik, bngsa, negara, dan macam-macam batasan, memiliki kekuatan sendiri, termasuk lintas sosial. "Kita ingin masukan itu ke dalam mainstream, sehingga bisa kita masukan ke sistem pendidikan kita. Yang ketiga, apa yang kita harapkan bagi Indonesia ke depan, yang kita tuju 20 atau 30 tahun ke depan. Pada seratus tahun Indoensia merdeka nanti, percayalah Indonesia akan menjadi negara besar. Syaratnya harus memiliki tradisi dan budaya yang unggul, termasuk di dalamnya nilai-nilai kemanusiaan, sehingga kesantunan, kejujuran, toleransi, respek, itu yang harus kita bangun."

Sementara tokoh pendidik Azumardi Azra yang juga jadi moderator sekaligus pembicara di forum ini mengatakan, "Tidak ada aspek yang tidak dibahas, mulai dari konseptual, ini dicakup semua dalam 14 poin, kebudayaan perlu menjadi bagian integral dari jalannya bangsa ini, karena budaya adalah motor penggerak bagi pembanbunan yang berkelanjutan.

Editor : Jodhi Yudono
sumber: http://nasional.kompas.com/read/2013/11/27/0559563/WCF.Berakhir.Hasilkan.Bali.Promise

0 comments:

Post a Comment